Bangsa Ini Belum Meraih Kemerdekaan yang Sesungguhnya

Hari ini, 74 tahun lalu, ikhtiar panjang bangsa Indonesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan tunai pada 17 Agustus 1945. Pada hari itu, Indonesia memprolamirkan kemerdekaannya di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat. Suasana haru dan bahagia mewarnai saat Ir Soekarno membacakan teks proklamasi.

Alasan Pemilihan 17 Agustus
Selain sosok yang jenius, Soekarno punya alasan memilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamasikan kemerdekaan. Dalam buku 17-8-45, Fakta, Drama, Misteri karya Hendri F. Isnaeni, pemilihan tanggal 17 Agustus 1945 sudah direncanakan Soekarno sejak berada di Saigon. Angka 17 dianggap angka yang suci dan keramat. Dalam kalender Jawa, 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat Legi. Dalam bahasa Jawa, legi memiliki arti manis. Soekarno juga mengaitkan tanggal 17 dengan peristiwa turunnya Al-Qur’an serta jumlah rakaat shalat yang harus dilakukan umat Islam dalam sehari.

Hakikat Kemerdekaan
Dan (ingatlah juga), tatkala memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kemerdekaan sebagai suatu keadaan berdiri sendiri, tidak tergantung, punya hak kendali atas diri sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Ketika kita mudah dipecah-belah, dikuasai oleh pikiran negatif, menghakimi persoalan seolah kita adalah yang paling intelek, bermoral, merupakan konfirmasi bahwa kita belum sepenuhnya merdeka secara pribadi.

74 Tahun sudah sejak kemerdekaan secara lantang dideklarasikan oleh Soekarno-Hatta, namun sayang sekali hingga kini belum mampu membongkar internalisasi “bangsa kelas dua” yang tertanam erat dan seolah diwariskan dari generasi ke generasi. Bangsa kita sangat mudah terpicu oleh hal-hal sensitif yang berujung pada sikap dan perilaku bermasalah yang merugikan diri sendiri, tidak percaya diri, sulit berdaya dan menerima perbedaan serta berbagai masalah lain yang benang merahnya sulit terurai.

Sudahkah Hakikat Kemerdekaan kita raih? Jika belum, bagaimana agar Bangsa ini dapat meraihnya dengan segera?
Krisnani setyowati, Direktur Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu Tauhid Tunas Sejati
Menurutnya bangsa Indonesia saat ini masih belum meraih hakikat kemerdekaan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang akhlaknya buruk.
Agar Indonesia mendapatkan makna kemerdekaan yang sebenarnya, ia berharap masyarakat Indonesia memiliki akhlak yang baik. Bima Himawan, operation support Manager di PT Summarecon Agung menambahkan, bangsa Indonesia sesungguhnya belum bisa memaknai apa yang disebut dengan adil dan makmur.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan keadilan dan juga kemakmuran. Contoh mudahnya adalah korupsi. [taa]