Berpikir Pragmatis itu Keren!

Pewawancara : Apa motivasi anda bekerja ?

Pelamar: Mencari makan Pak.

Pewawancara : Sesederhanakah motivasi anda, cuma mencari makan ?

Pelamar : Iya Pak, setelah saya makan, barulah saya dapat berpikir.

Yang menarik dari cerita ini adalah terkadang berpikir pragmatis itu perlu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, pragmatis artinya bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan(kemanfaatan).

Tergelitik untuk membahas pragmatisme ini karena saya sendiri kalau belum makan, konsentrasi dalam bekerja juga minim. Terkait dengan kemanfaatannya, secara sederhana tujuan orang bekerja itu pada tingkat yang paling rendah adalah untuk mencari makan dalam arti yang sebenarnya. From hand to mouth. Otak akan jernih berpikir ketika gizi sudah merambah perut alias kenyang. Hubungilah seseorang untuk membicarakan pekerjaan menjelang jam makan siang, seberapa jauh mereka antusian untuk melanjutkan perbincangan.

Terbukti cara berpikir pragmatis itulah yang akhirnya mengantarkan sang pelamar bisa diterima dan bertahan sampai akhirnya meraih posisi sebagai manajer. Suatu skenario dan teori muaranya akan teruji dengan situasi di lapangan. Di sinilah terkadang dibutuhkan sikap berpikir pragmatis. Daya upaya seseorang mengatasi kondisi kenyataan di lapangan itulah yang akhirnya menentukan keberhasilan seseorang dalam mengatasi masalah. Sebuah kata bijak menasihatkan bahwa tidak terlalu penting apa yang kita tahu. Yang lebih penting adalah apa yang kita lakukan dengan apa yang kita tahu. Saya teringat nasihat ayah seorang teman yang pernah mengatakan bahwa sesorang pintar atau tidak, terlihat dari cara bekerja, bukan dari nilai akademis.

Tafsiran lain terhadap pragmatisme “bekerja untuk makan” adalah sebuah bentuk daya juang. Seseorang mau tidak mau harus bekerja, semata mata agar dapur tetap mengepul. You Don’t Work. You Don’t Eat. Dengan daya juang yang kuat niscaya daya fisik, daya pikir, dan daya kalbu menjadi lebih berenergi.

Namun demikian kalau kebetulan sahabat laki laki ditanya calon mertua, saya menyarankan jangan memakai jawaban praktis seperti di atas. Coba kalau sahabat ditanya, “ Apa motivasi anda mau melamar anak saya”. Bila memakai jawaban pragmatis kira kira apa jawaban yang akan terlontar? Pastilah jawaban pragmatis itu akan mengantar sahabat terlempar dari nominasi daftar calon menantu.

Terkadang Berpikir Pragmatis Itu Keren. [taa]