Menjadi Pribadi Yang Tak Terkenal


Malam yang senyap, tak ada suara kecuali desiran angin yang bergesek dengan dedaunan. Di waktu ini, banyak kisah para salaf berdoa sepenuh hati kepada Allah untuk mengharapkan keridhoan, ampunan, bantuan, dan hidayat, mereka menjadikan tetesan air mata sebagai kalimat doa. Ada pula yang bersedekah tanpa berharap satu orang pun melirik mata. Mereka lebih senang tak dikenal dan disanjung. Walaupun mereka pemilik amalan yang agung.

Berbeda dengan jaman sekarang. Bekerja dalam diam dinilai tidak berkontribusi. Popularitas merupakan sebuah harga. Penghargaan dan penghormatan adalah kebanggaan. Pujian adalah harapan.

Salah seorang ulama besar Abdullah bin al-Mubarak, mengatakan tidak dikenal dan tidak disanjung adalah kehidupan. Menjadi biasa di mata manusia adalah harapan. Salah seorang murid beliau, Hasan bin Rabi’, bercerita, “Suatu hari, aku bersama Ibnul Mubarak menuju tempat minum umum. Orang-orang mengantri minum dari tempat tersebut. Lalu Ibnul Mubarak mendekat ke tempat minuman umum itu, tidak ada orang yang mengenalinya. Mereka memepet-mepet bahkan mendorong-dorongnya. Ketika keluar dari desak-desakan tersebut, Ibnul Mubarak berkata, ‘Yang seperti inilah baru namanya hidup. Ketika orang tidak mengenalmu dan tidak mengagung-agungkanmu” 

Mungkin Anda adalah seorang aktivis yang dihargai. Menjadi pembicara di mimbar dan memimpin jamaah shalat. Mewakili universitas atau bahkan delegasi negara. Saat pulang, Anda dianggap biasa. Tidak memiliki keistimewaan di masyarakat. Maka nikmatilah keadaan tersebut. Karena itulah hakikat hidup.

Suatu ketika Abdullah bin Mas’ud radhiallahu‘anhu keluar dari rumahnya. Lalu orang-orang mengikutinya. Kemudian beliau bertanya, “Apakah kalian ada keperluan?” Mereka menjawab, “Tidak ada. Kami hanya ingin berjalan bersamamu”. Ibnu Mas’ud menegur mereka, “Pulanglah jangan ikuti aku. Yang demikian itu kehinaan bagi yang mengikuti dan fitnah (ujian ketenaran) bagi yang diikuti”. 

Diikuti orang dan ditempeli teman kesana kemari dapat membuat tinggi hati atau sombong. Manusia bisa merasa dirinya bernilai luar biasa, padahal di sisi Allah dia bukanlah siapa-siapa.

Jangan berobsesi menjadi terkenal karena ilmu dan amal. Kalau bisa memiliki peranan dan tidak dikenal, maka itu lebih bernilai. Bukanlah manusia yang dijadikan tempat kita berharap balasan. Akan tetapi apa yang ada di sisi Allah lah yang terbaik.

(Fit)